Siapa sih gw?
Blog Teman
Situs2 Yang Wajib Dikunjungi
Tag
ShoutOuts



Kontak
free counters

Powered by TripAdvisor
Memori



Kenapa kita perlu merasa iri?
Friday, August 19, 2011 / 3:46 PM

Banyak orang malu mengakui perasaan irinya... Bagi kebanyakan orang, rasa iri lebih baik ditutupi dan disembunyikan, jangan disebutkan...karena rasa iri terlalu 'gelap', terlalu kasar untuk diucapkan, walau hati sebenarnya penuh dengan perasaan itu. Beda dengan rasa cinta yang susah untuk disembunyikan, dan inginnya selalu diungkapkan; rasa iri adalah apa yang kita masyarakat dunia Timur lebih suka sembunyikan didalam tepuk tangan kita dan senyum (sok) tulus kita.

Padahal, rasa iri sebenarnya tidak perlu dihindari. Karena dengan merasa irilah, terkadang kita bisa menghargai hidup. Kita bisa tahu sejauh mana kita mempunyai impian dan keinginan, dan ketika kita belum mencapai keadaan itu, kita boleh merasa iri pada mereka yang sudah mencapainya dan mengubah rasa iri itu menjadi motivasi untuk berusaha lebih keras dan melakukan yang terbaik. Bukan hanya dipendam dan akhirnya membuat kita dengki...

Dengki itu beda dengan iri. Dengki adalah sifat busuk dari iri atau iri yang dipendam sehingga menjadi busuk. Itulah kenapa iri tidak boleh dipendam, melainkan diungkapkan dan diubah menjadi sesuatu yang harum, bernama motivasi.
Kebanyakan orang Indonesia sudah terlalu terbiasa dengan ajaran orang tua masa lalu bahwa jangan menunjukkan sikap iri kepada kesusksesan orang lain. Tapi dengan begitu, mereka menyimpan rasa irinya sendiri dan akhirnya membusuk menjadi dengki. Sesuatu yang di kalangan orang Batak disebut late roha, orang Jawa sebut serik, orang Aceh sebut iri hate, di suku2 di NTT disebut iri sehingga bisa membuat seseorang di leu-leu atau disuanggi.

Dan jka rasa dengki itu sudah berkembang menjadi sesuatu yang dipelihara dan diakui (walau di dalam hati), perasaan itu akan membuahkan perbuatan. Perbuatan yang seringkali merugikan dan lebih gelap dan kasar dibandingkan jika perasaan iri itu diungkapkan dari awal.
Misalnya gosip kejam (fitnah), mencuri, dan mensabotase atau bahkan membunuh. Tindakan yang pertama adalah yang paling sering dilakukan oleh orang-orang karena rasa iri yang tidak mau mereka akui dari awal itu.

Gw belajar tentang bagaimana mengungkapkan rasa iri itu bisa membuat kita justru menyelamatkan jiwa kita dan jiwa orang yang kita iriin. Kenapa? Karena gw belajar bahwa iri yang diubah menjadi motivasi itu membuat gw bersemangat. Misalnya, ketika ada seorang teman yang menelepon gw untuk curhat dia barusan dijodoh2in sama temannya dengan seorang IT Manager dari sebuah grup perusahaan perbankan internasional, yang ternyata cakep banget, sesuku, seagama, beda umur sedikit dr kami, baik (menurut para mak comblangs) dan orang tuanya yang mendukung sekali dan tentu aja tajir secara itu cowo begitu ngeliat foto teman gw dan mengSMSnya sekali langsung suka sama teman gw ini dan memesan gedung +catering (di Balai Kartini bow!) + gereja dan pendetanya untuk bulan Desember. Bagi teman gw ini nyaris membuatnya gila, karena mereka bahkan belum setuju. Gw walau ketawa kepingkal-pingkal pas dengar ceritanya, diam-diam iri hati juga sama dia.

Dengan kulifikasi cowo seperti itu, siapa sih perempuan yang ngga ngiler? Admit it, kalo lo perempuan pasti lo akan mupeng banget dengar tentang cowo itu (apalagi kalo ngeliat). :-~
Dan iri itu, jika disimpan sedikit lama dan tidak diubah menjadi motivasi...akan berubah jelek menjadi dengki.
Mulai dengan pertanyaan2 yang meragukan teman gw dan kemudian akhirnya menghancurkan persahabatan kami. Jadi sebelum gw mulai bertanya, "Kenapa sih si X yg beruntung?" "Kenapa bukan gw?" "Coba temannya si cowo, temen gw juga, sehingga gw yang dikenalin sm dia, bukan si X" atau "Apa sih kelebihan si X dari gw? Bukannya gw lebih cantik, lebih keren, lebih tangguh dan lebih dewasa dibanding dia?"

Ya, sebelum semua pertanyaan serik, late atau dengki itu muncul ke permukaan, gw udah basmi dengan menyatakan keirian gw sama si X. "Gile lo X, beruntung banget dapat cowo kaya gitu, asli gw iri." dan mengubahnya menjadi motivasi "Ya, gw tau pasti gw bisa sama seperti lo suatu hari nanti, gw cuma perlu ga menyerah aja untuk bergaul ya?"
Dan si X, akhirnya tersenyum lebar (karena tahu dia beruntung) dan karena gw sohibnya, mendukung dia dan menyatakan bahwa iri hati gw menjadi motivasi untuk menjadi seperti dia yang dalam hal ini menjadikan dia teladan. Jadi, sama2 menang kan?

Coba kalau gw cuma stop sampe iri dan menyimpannya menjadi dengki, mungkin dari pernyataan2 dengki di atas akhirnya membuat gw berprasangka buruk terhadap X, menyesali nasib gw yang ga punya teman2 spt si cowo, dan chauvinis alias narsis berlebihan yang membuat gw lupa bahwa gw juga ada kekurangan.
Nah, udah dapat 3 kejelekan dari membiarkan sikap dengki kan?
Makanya teman2, atau siapapun yang baca tulisan ini, jangan simpan iri sehingga membusuk menjadi dengki. Seberapa cantik/gantengnya pun wajah kalian dan sikap kalian, dengki itu akan membusukkan pertama dari perasaan, pikiran dan akhirnya perbuatan yang membuat juga penampilan kalian berubah menjadi jelek.
Like some people that I witnessed turned ugly while they previously are very beautiful :)